Rabu, 09 Maret 2011

Ciri-Ciri Profesi

1.     Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional diasumsikan mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktek.
2.     Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya. Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya.
3.     Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
4.     Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis.
5.     Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga dipersyaratkan.
6.     Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
7.     Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
8.     Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
9.     Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.
10. Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.
11. Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.

Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini melalui Bermain


Nama : Dini Sulistya Utami
NIM    : 1003504
PG-PAUD FIP UPI

Perkembangan Motorik
1.      Judul                           : Permainan Main Gelembung (0-3 bulan)
Cara bermain               : Siapkan jolang mandi terlebih dahulu, isi dengan air kemudian letakkan handuk didasar jolang agar pantat anak tidak lecet. Tuang sabun mandi pada jolang yang berisi air tersebut. Lalu kocok dan masukkan bayi pada jolang lalu gosokkan pada badan bayi. Biarkan ia bermain dengan air, dan biarkan tangan bayi bergerak bebas.
Manfaat bermain         : Permainan ini bagus untuk bayi usia 0-3 bulan, karena pada permainan  ini bayi mulai dikenalkan pada air, sabun, dan sentuhan orang dewasa. Inderanya bisa mulai berfungsi. Motoriknya mulai berkembang, yaitu gerakan tangan.
Evaluasi Permainan      : Permainan ini cocok bayi diusia 0-3bulan, karena pada mulanya bayi hanya mampu melakukan gerakkan-gerakkan yang sederhana dan dilakukan dengan lemah. Yaitu gerakan tangannya yang sederhana. Sambil tertawa karena bayi merasakan kegembiraan tersendiri ketika ia bertemu dengan hal baru yang menyenangkan. Sejalan dengan itu, keterampilan motorik tangan juga terasah. Disini bayi bisa memegang tangan orang dewasa, ataupun bermain dengan air sabun

2.      Judul                           : Permainan Krincing-Krincing (3-6 bulan)
Cara Bermain              : Kita siapkan pita dan bel atau lonceng kecil. Lalu ikatkan lonceng-lonceng itu pada pita. Kemudian ikatkan pada tangan dan kaki bayi. Biarkan bayi menggerak-gerakkan tangan dan kakinya hingga terdengar bunyi lonceng.
Manfaat bermain         : Permainan ini tentu bermanfaat bagi perkembangan motorik anak, dan permainan ini cocok untuk bayi diusia tersebut karena untuk lebih meningkatkan gerakkan kaki dan tangannya. Perkembangan motorik memegangnya cukup terstimulus karena bayi mencoba untuk memegang benda yang mengeluarkan suara tersebut.
Evaluasi Permainan     : Dalam bergerak, bayi harus menyadari keadaan disekelilingnya. Mereka harus memanfaatkan indera, dan memahami bagian-bagian tubuh yang digerakkan. Kesadaran motorik membantu seseorang menafsirkan rangsangan. Dalam permainan ini kesadaran motorik alat indera lebih diperlukan. Karena alat indera lah yang digunakan anak untuk mengenali lingkungan disekeliling bayi sehingga dengan indera tersebut bayi dapat berinteraksi. Bayi akan berkenalan dengan bunyi dan melatih alat pendengarannya. Dalam permainan ini bayi berusaha untuk dapat membunyikan lonceng tersebut. Hingga bayi tersebut tahu cara untuk membunyikannya yaitu dengan menggerakkan tangan dan kakinya. Sehingga motorik bayi bisa berkembang.

3.      Judul                           : Permainan Merangkak di Terowongan (9-12 bulan)
Cara Bermain              : Siapkan benda yang bisa dibuat menjadi terowongan. Lalu suruh anak melewati terowongan itu dengan dibantu oleh petunjuk dari orang dewasa. Disini kita bisa menarik perhatian anak dengan menggunakan boneka atau mainan yang akan membuat anak tertarik. Hingga akhirnya anak bisa melewati terowongan tersebut dengan cara merangkak.
Manfaat Permainan     : Permainan ini dapat menstimulus otot kaki dan otot tangan juga kekuatan kaki dan tangannya. Dengan cara merangkak maka motorik anak khususnya tangan dan kaki jadi lebih kuat lagi. Untuk menjalani tugas perkembangan berikutnya.
Evaluasi Permainan     : Pada usia 8-13 bulan bayi sudah mulai senang mengesot dan merangkak. Kepandaiannya merangkak membuat bayi tidak bisa diam dan ingin terus kesana-kemari. Maka kita sebagai orang dewasa harus bisa mengarahkan. Dengan mengarahkan bayi, perkembangan kognitifnya juga ikut berkembang. Sejalan dengan itu alat indera bayi semakin matang. Ketika merangkat, otot punggung dan bahu bayi sudah semakin terkontrol. Kekuatan
otonya ini akan membantunya merangkak dengan cepat.

4.      Judul                           : Permainan Spageti yang Enak (9-12 bulan)
Cara Bermain              : Siapkan spageti dan sendok serta garpu. Biarkan anak mengambil spageti tersebut dengan menggunakan sendok dan garpu.
Manfaat Permainan     : Menstimulus gerakan tangan agar lebih matang dan terampil. Disini dituntut ketepatan anak mengambil spageti dengan menggunakan alat. Yang pada akhirnya anak mampu mengendalikan gerakkan tangannya.
Evaluasi Permainan     : Keterampilan motorik memegang benda misalnya sendok, berkembang sejalan dengan peningkatan koordinasi mata dan tangan. Aktivitas yang melibatkan koordinasi mata dan tangan meningkat sesuai dengan pencapaian kemampuan control otot-otot penggerak mata. Kematangan untuk melakukan gerakan memegang dan mengangkat suatu objek melalui keterampilan yang dipelajari pada tahun pertama kehidupan bayi. Jadi melalui permainan inilah bayi akan terstimulus gerakkan tangan dan matanya. Walaupun pada akhirnya bayi belum mampu memasukkan spageti itu ke dalam mulutnya. Karena mungkin kemampuannya belum maksimal, ditambah lagi permukaan spageti yang licin.

5.      Judul                           : Permainan Menangkap Bola (9-12 bulan)
Cara Bermain              : Siapkan bola, lalu lemparkan ke arah anak, dan biarkan anak menangkapnya.
Manfaat Permainan     : Anak semakin mampu bergerak menyesuaikan posisi tubuh dan tangannya sesuai dengan benda yang akan ditangkap. Gerakkan tangan menjadi semakin efektif dan tidak kaku.
Evaluasi Permainan     : Permainan ini sebetulnya terlalu sulit untuk dilakukan oleh anak 9-12 bulan. Tetapi sebenarnya boleh dipraktekan pada anak usia 9-12 bulan, hanya saja kegiatannya lebih sederhana, yaitu menghentikan suatu benda yang mengulir di lantai dan benda yang ada di dekatnya. Menangkap bola lebih cocok untuk anak usia kurang lebih 3 tahun.

6.      Judul                           : Permainan Kepala Pundak Lutut Kaki (12-18 bulan)
Cara Bermain              : Anak-anak memegang bagian tubuh yang disebutkan.
Manfaat bermain         : anak mengenal bagian-bagian tubuhnya. Anak jadi belajar membungkuk,.
Evaluasi Permainan     : kegiatan tersebut seharusnya di lakukan pada anak yang berusia sekitar 2 tahun. Karena dalam permainan ini anak dituntut untuk membungkuk, selain itu kekuatan otot kakinya juga harus sudah seimbang. Sedangkan pada usia 12-18 bulan anak masih belum kuat untuk membungkuk karena mereka baru bisa berjalan.





7.      Judul                           : Permainan Gelembung Sabun (12-18 bulan)
Cara Bermain              : Tiupkan gelembung sabun, lalu biarkan anak menggapai dan memecahkannya.
Manfaat Permainan     : Menstimulus motorik kasar anak yaitu berjalan, berlari bahkan melompat.
Evaluasi Permainan     : Permainan gelembung sabun yang dilakukan ini sebaiknya jangan pada usia 12-18 bulan, berlari memerlukan peningkatan kekuatan kaki dan koordinasi yang lebih baik antara otot-otot penggerak dengan yang berlawanan pada saat kaki melangkah. Kekuatan kaki yang lebih besar diperlukan untuk menjejakkan satu kaki tumpu agar terjadi gerakan melayang dan untuk menahan berat pada pada saat kaki lainnya mendarat. Hal itu terlalu sulit untuk dilakukan anak pada usia dibawah 2 tahun. Pada usia 2-3 tahun anak-anak mulai mampu berlari agak lancar. Apa lagi meloncat diperlukan kekuatan otot kaki yang besar pula. Jadi, permainan ini belum saatnya diberikan pada anak.

8.      Judul                           : Permainan Harimau Mengejar (18-24 bulan)
Cara Bermain              : Kita (orang dewasa) berlari dan biarkan anak mengejar kita, atau pun sebaliknya.
Manfaat Bermain        : Menstimulus motorik kasar yaitu berlari.
Evaluasi Permainan     : Permainan harimau mengejar ini cocok untuk dilakukan pada usia 18-24 bulan, karena pada usia tersebut kekuatan otot kaki dan koordinasi antara otot penggerak dan otot-otot berlawanan sudah lebih baik, tetapi kemampuan control untuk berhenti dengan cepat masih belum baik.

9.      Judul                           : Bermain Donat (12-18 bulan)
Cara Bermain              : Siapkan alat bermain menara donat lalu biarkan anak memasukkan potongan-potongan donat tersebut. Jika anak mengalami kesulitan bantulah.
Manfaat Permainan     : Menstimulus gerakkan jari dan tangan anak.
Evaluasi Permainan     : Permainan ini akan menstimulus gerakkan jari-jari anak dan kekuatan tangan. Anak dituntut untuk bisa mengrenggangkan jari tangannya, menggenggam benda dan juga memasukkan benda tepat pada lubangnya. Anak akan berusaha agar donat bisa masuk pada tempatnya.

10.  Judul                           : Permainan Bongkar Pasang (2-3 tahun)
Cara Bermain              : Siapkan puzzle terlebih dahulu. Lalu copot semua bagian dari puzzle dan biarkan anak menyusunnya kembali sampai terbentuk gambar atau bentuk tertentu.
Manfaat Permainan     : akan menstimulus keterampilan jari-jari tangan dan kognitif anak. Anak mengidentifikasi bentuk puzzle melalui alat inderanya.
Evaluasi Permainan     : permainan ini bisa disesuaikan dengan usia anak. Anak yang berusia antara 2 sampai 3 tahun bisa menggunakan bentuk puzzle yang lebih sederhana dibandingkan untuk anak yang berusia 3 tahun keatas. Permainan ini sangat bermanfaat bagi kognitif anak, karena kecerdasan motorik berkaitan juga dengan kognitif. Dalam permainan ini anak mulai berpikir bentuk, warna, dan gambar. Jadi anak akan berusaha untuk bisa menyelesaikannya.

Teori Kognitif

1. Teori Belajar Piaget

Piaget merupakan salah satu pioner konstruktivis, ia berpendapat bahwa anak membangun sendiri pengetahuannya dari pengalamannya sendiri dengan lingkungan. Dalam pandangan Piaget, pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator dan buku sebagai pemberi informasi.
Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu 1) memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman - pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap Pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud, 2) mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi ( ready made knowledge ) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungan, 3) memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbungan itu berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena itu guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu - individu ke dalam bentuk kelompok - kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal, 4) mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan - gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat disimulasi.

2. Teori Belajar Vygostky

Tokoh kontruktivis lain adalah Vygotsky. Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakekatnya pembelajaran sosiokultural. Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek “internal” dan “eksternal” dari pebelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pebelajaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing - masing individu dalam konsep budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas - tugas yang belum dipelajari namun tugas- tugas itu berada dalam “zone of proximal development” mereka. Zone of proximal development adalah jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat kemampuan perkembangan potensial yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding adalah memberikan kepada seseorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap - tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.
Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya yaitu 1) menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi - strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing - masing zone of proximal development mereka; 2) Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding. Jadi teori belajar Vygotsky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep - konsep dan pemecahan masalah.