Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, menurut
Sujiono dan Sujiono (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 138), pada dasarnya adalah
pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi
sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini
berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka
pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh anak.
Atas dasar pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa
pembelajaran untuk anak usia dini memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Belajar, bermain, dan bernyanyi
Pembelajaran untuk anak usia dini menggunakan prinsip
belajar, bermain, dan bernyanyi (Slamet Suyanto, 2005: 133). Pembelajaran untuk
anak usia dini diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak aktif,
senang, bebas memilih. Anak-anak
belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan dan perlengkapan serta
manusia. Anak belajar dengan bermain dalam suasana yang menyenangkan. Hasil
belajar anak menjadi lebih baik jika kegiatan belajar dilakukan dengan teman
sebayanya. Dalam belajar, anak menggunakan seluruh alat inderanya.
2. Pembelajaran
yang berorientasi pada perkembangan
Pembelajaran
yang berorientasi pada perkembangan mengacu pada tiga hal penting, yaitu : 1)
berorientasi pada usia yang tepat,
2) berorientasi pada individu yang tepat,
dan
3) berorientasi pada konteks social budaya (Masitoh dkk., 2005: 3.12).
Pembelajaran
yang berorientasi pada perkembangan harus sesuai dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran
harus diminati, kemampuan yang diharapkan dapat dicapai, serta kegiatan belajar
tersebut menantang untuk dilakukan anak di usia tersebut.
Manusia
merupakan makhluk individu. Perbedaan individual juga harus manjadi pertimbangan guru dalam
merancang, menerapkan, mengevaluasi kegiatan, berinteraksi, dan memenuhi
harapan anak.
Selain
berorientasi pada usia dan individu yang tepat, pembelajaran berorientasi
perkembangan harus mempertimbangkan konteks sosial budaya anak. Untuk dapat
mengembangkan program pembelajaran yang bermakna, guru hendaknya melihat anak
dalam konteks keluarga, masyarakat, faktor budaya yang melingkupinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar