Selasa, 23 Oktober 2012

Pengertian Difusi Inovasi Pendidikan


Difusi adalah proses komunikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bentuk inovasi antara warga masyarakat sasaran sebagai penerima inovasi dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu pula.
Secara umum, difusi inovasi dimaknai sebagai penyebarluasan dari gagasan inovasi tersebut melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu di antara anggota sistem sosial dalam masyarakat.
Difusi inovasi pendidikan adalah proses komunikasi untuk menyebarluaskan gagasan, ide, karya dan sebagainya sebagai produk inovasi pendidikan, maka aspek komuniksai menjadi sangat penting dalam menyebarluaskan gagasan, ide, ataupun produk di bidang pendidikan tersebut. Dalam konteks difusi inovasi pendidikan, saluran komunikasi yang digunkana merupakan alur suatu proses penyebarluasan gagasan pendidikan tersebut.
Bagaiman agar terjadi proses difusi sehingga inovasi itu mudah diterima oleh anggota masyarakat atau sasaran inovasi? Hal ini tergantung beberapa faktor di antaranya:
1.      Faktor pembiayaan (Cost). Biasanya semakin murah biaya yang dikeluarkan untuk inovasi, maka akan semakin mudah diterima oleh kelompok masyarakat sasaran, walaupun kualitas itu sendiri sangat ditentukan oleh mahalnya biaya yang dikeuarkan.
2.      Risiko yang muncul sebagai akibat pelaksanaan inovasi. Inovasi akan mudah diterima manakala memiliki efek samping yang sangat kecil. Suatu inovasi tidak akan mudah dan dapat diterima apabila memiliki risiko yang tinggi.
3.      Kompleksitas. Inovasi akan mudah diterima oleh masyarakat sasaran manakala bersifat sederhana dan mudah dikomunkasikan. Semakin rumit bentuk inovasi itu akan semakin sulit juga untuk diterima.
4.      Kompabilitas. Artinya, mudah atau sulitnya suatu inovasi diterima oleh masyarakat sasaran ditentukan juga oleh kesesuaian dengan kebutuhan, tingkat pengetahuan, dan keyakinan masyarakat pemakai.
5.      Tingkat keandalan. Suatu bentuk inovasi akan mudah diterima manakala diketahui tingkat keandalannya. Untuk mengetahui tingkat keandalannya itu bentuk inovasi terlebih dahulu harus diujicobakan secara ilmiah sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Tanpa keandalan yang pasti, orang akan ragu untuk mengadopsinya.
6.  Keterlibatan. Bentuk inovasi dalam proses penyusunan melibatkan kelompok masyarakat sasaran, akan mudah diterima.
7.      Kualitas penyuluh. Inovasi perlu disosialisasikan untuk diketahui dan dipahami oleh masyrakat sasaran. Kualitas penyuluh ditentukan bukan hanya oleh kemampuan penyuluh saja, akan tetapi tingkat keahlian yang bersangkutan.
Faktor-faktor di atas, sangat mempengaruhi keberhasilan penyebarluasan dan penerimaan inovasi pendidikan.Oleh karena itu faktor-faktor tersebut dapat juga dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam perumusan berbagai bentuk inovasi pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar